Ternyata SAPI juga seperti manusia, memiliki PIKIRAN dan PERASAAN!!

Gue dapet di kaskus neh infonya, keren bgt... hahaha
Intinya SAPI juga MANUSIA... :D yuk kita baca sejenak...

Apa istimewanya hewan bernama sapi ?. Ini adalah satu pertanyaan dengan banyak jawaban berbeda. Beberapa akan menjawab bahwa sapi “hanyalah” salah satu jenis binatang untuk di pelihara, di sembelih dan kemudian di makan. Untuk kalangan yang lain, sapi “bukan hanya hewan” untuk dipelihara, di sembelih dan di makan, melainkan “mahluk hidup” yang mempunyai perasaan dan pikiran.


Pendapat mana yang paling benar ?. Sepertinya hal ini tidak perlu diperdebatkan. Pada kenyataannya, cara pandang peternak pada sapi peliharaannya akan sangat mempengaruhi sifat dan perilaku sapi tersebut. Pada satu peternakan, semakin tinggi pemahaman peternak terhadap perilaku sapi, akan semakin tinggi pula kemampuan peternak untuk menangani ternak sapinya dengan baik.

Berdasarkan penelitian, sapi adalah salah satu hewan yang tidak saja menggunakan insting, tetapi juga pikiran dan perasaan untuk menghadapi aneka macam situasi dan kondisi. Disamping itu, sapi memiliki kelebihan dalam hal daya ingat serta daya adaptasi yang kuat. Kemampuan ini sebenarnya dapat dimanfaatkan dengan cara memberikan latihan serta perlakuan yang konsisten.

Ada beberapa bukti yang mendukung teori ini, sebagai contoh :


Cara penanganan sapi yang dilakukan oleh masyarakat di daerah Kupang, di wilayah Indonesia bagian Timur. Satu peternak di wilayah ini, dapat menangani puluhan ekor sapi yang tidak di “cucuk” hidungnya, bahkan tidak diikat lehernya (sapi lepasan), untuk dibawa berjalan ke padang rumput yang sangat jauh dari kandang si peternak. Caranya dengan memberikan perintah melalui suara dan gerakan tangan.

Sapi untuk membajak sawah, penanganannya juga menggunakan perintah suara dan gerakan. Sapi untuk menarik gerobak, dikendalikan dengan suara dan gerakan.

Bagaimana hal ini bisa terjadi ?. Inti dari semua ini adalah “konsistensi”, yaitu Peternak harus mampu bertindak tegas dan konsisten dalam menggunakan suara dan gerakan pada saat memberikan perintah kepada sapi.

Seperti telah diuraikan diatas, fungsi insting dan pikiran sapi adalah untuk mengatasi situasi dan kondisi yang sedang dihadapinya, antara lain :

Mencari makanan.
Mencari sumber air minum.
Mencari jalan pulang.
Melindungi dirinya dan anaknya dari binatang pemangsa.


Dengan insting dan pikirannya, sapi dapat mengetahui tempat dimana terdapat makanan atau sumber air minum. Tetapi sapi tidak dapat mengerti cara untuk mencapainya. Insting dan pikirannya akan mengarahkan untuk langsung menuju ke tempat dimana makanan dan air minumnya berada, walapun sering tidak dapat mencapainya karena terhalang oleh pagar atau penghalang lainnya. Namun dengan latihan yang diberikan secara rutin, sapi ini dapat belajar untuk menuju tempat makanan dan air minum melalui jalan yang kita kehendaki. Sekali dilatih, sapi akan mengingat dan selalu melakukannya dengan benar.

Memang tidak semua sapi mempunyai instink dan kemampuan pikiran yang sama. Tetapi dengan konsistensi, semua jenis sapi akan mudah untuk dilatih. Prinsipnya adalah :

Anda bukan musuh mereka dan tidak akan membahayakan mereka.
Jika mereka menuruti perintah dan rutinitas yang anda kehendaki, mereka tidak akan merasa aman, tidak disakiti dan selalu mendapatkan keuntungan.
Satu kali saja merasa di sakiti, sapi akan mengingatnya dengan sangat baik. Jika di lain waktu sapi menghadapi situasi yang sama, maka sapi akan melakukan reaksi perlawanan untuk membela diri.

Ada beberapa faktor psikologis yang harus dimengerti oleh para peternak sapi yaitu :

1. Respon beladiri.
Dalam evolusi kehidupannya, sapi selalu menjadi binatang yang “dimangsa”. Oleh sebab itu sapi diberikan kemampuan untuk mendeteksi adanya. Caranya dengan menggunakan :

Indera Penciuman. Pendengaran / kuping sapi sangat sensitif, jauh lebih sensitif dibanding dengan pendengaran manusia, terutama pada suara frekuesi tinggi .
Indera Pengelihatan. Letak mata sapi terpisah dengan jarak yang berjauhan, hal ini memberikan keuntungan yaitu masing-masing matanya dapat melihat ke arah yang berbeda, termasuk melihat ke bagian belakang tanpa menoleh. Dengan demikian, sapi dapat tetap waspada kepada binatang pemangsa yang datang dari belakang saat merumput.
Untuk sapi yang ada di peternakan, hal utama yang direspon sebagai bahaya adalah segala sesuatu yang baru dan belum mereka kenal, seperti : orang baru, warna-warna yang mencolok (pakaian, cat tembok,), suara-suara asing (radio, TV), dll. Hal-hal tersebut biasanya tidak disadari oleh para peternak, yang terlihat hanyalah perilaku sapi yang lain dari biasanya, tidak mau makan, berkumpul di suatu sudut kandang, atau menjadi tidak penurut dll.

Sebagai pedoman, peternak dapat menggunakan sapi yang telah jinak. Lihat lah arah pandangnya, ini dapat memberikan petunjuk arah mana dan apa yang membuat mereka khawatir atau takut. Sedangkan pada sapi yang masih liar, akan memberikan respon dengan cara melarikan diri dari sesuatu yang dia takuti.

2. Daya ingat yang kuat.
ika peternak ingin menerapkan satu prosedur rutin, lakukan secara perlahan, sabar dan bertahap. Kekasaran apalagi kekerasan, akan selalu diingat oleh sapi dan hal ini akan menyulitkan peternak saat akan menerapkan satu prosedur.

Berjalanlah dengan langkah yang tetap, hindari gerakan tubuh yang mengagetkan, dan ciptakan suasana aman dengan keberadaan anda disekitar mereka.

3. Sifat Sosial.
Menciptakan hubungan yang baik antara peternak dengan ternak sapinya akan sangat menguntungkan bagi perkembangan peternakan. Karena seperti hal-nya manusia, sapi juga termasuk mahluk sosial yang dapat menerima adanya “tatanan sosial” di kelompoknya. Sapi akan tunduk dan hormat kepada pihak lain atau sapi lain yang dianggap sebagai pimpinan dalam kelompoknya. Jika peternak konsiten dan dapat memberikan rasa aman, maka sapi akan hormat dan selalu mengikuti kemauan peternak.


Jenjang tatanan sosial ini merupakan landasan dasar mereka dalam berkelompok. Dalam satu kelompok, selalu ada satu ekor sapi yang dianggap sebagai pimpinan, yang sangat mudah ditandai oleh perilakunya yang paling agresive dan ingin selalu nomor satu saat diberi makan atau saat mau minum. Sapi-sapi lainnya akan mengalah terhadap sapi tersebut.

Sapi yang dianggap sebagai pimpinan, mempunyai kemampuan mengontrol kelompoknya secara psikologis, tanpa harus melakukan tindakan-tindakan kekerasan atau memaksa. Pertarungan yang terjadi pada satu kelompok sapi, bukan dilakukan oleh sapi yang dianggap sebagai pimpinan, melainkan tingkatan dibawahnya sebagai upaya untuk merebut posisi kedua.

Cara-cara yang dilakukan oleh sapi yang dianggap sebagai pimpinan ini dapat ditiru oleh peternak untuk menerapkan prosedur pada satu kelompok sapi.